Jangan Menilai Dari Penampilan
Beberapa waktu yang lalu sekitar jam 21.00 WIB setelah pulang kerja, saya mampir di suatu warung makan di pinggir jalan searah dengan jalan yang menuju rumah saya. Saya masuk disalah satu warung tenda yang ada disepanjang jalan itu yang merupakan langganan saya, kemudian memesan makan dan minuman. Sambil menunggu pesanan disiapkan, saya memperhatikan beberapa penjual makanan disepanjang jalan itu. Setelah saya perhatikan ada sesuatu yang berbeda dengan warung makan disebelah warung makan langganan saya. Karena makanan yang dijual tidak banyak, hanya mie instant dan beberapa lauk pauk serta minuman, warung itu kelihatan bersih dan rapi. Tetapi yang sangat membedakan warung itu dengan warung yang lainnya adalah pemilik warung itu. Pemilik warung itu seorang ibu yang kelihatan masih muda dengan menggunakan celana jeans dan kaos yang cukup bagus serta berpenampilan cukup menarik seperti gaya anak muda jaman sekarang. Kalau saya amati cara berbicaranya, kelihatannya agak judes dan galak.
Sambil menikmati makan malam yang sudah tersedia, saya melihat dan mendengar ada kucing yang mengeong terus menerus disekitar warung itu mungkin karena kelaparan. Waktu melihat kucing itu, tiba-tiba saya melihat Ibu muda itu menuju ke warung makan dimana saya makan malam untuk memesan ikan lele goreng dan nasi putih, kemudian diberikan kepada kucing yang kelaparan itu. Belum selesai dia memberi makan kucing itu ada seorang pria yang sudah lanjut usia berumur sekitar 70 tahun dan berpakaian kumal dengan wajah yang kelihatan letih dan kotor masuk ke warung makan ibu muda itu dan menawarkan opak ( makanan yang terbuat dari ketela, digoreng dan diberi gula merah cair ). Saya ingat itu adalah makanan kesukaan saya pada waktu masih kecil dulu. Opak itu dibungkus plastik masing -masing berisi 10 buah diletakkan bergelantungan di sebatang bambu yang dipikul oleh bapak tua itu. Melihat masih banyaknya opak yang bergelantungan di pikulan bapak tua itu, saya yakin opak yang dijual itu tidak terlalu laku, sehingga sampai jam 21.00 masih mencoba dijual.
Sambil terus makan, saya terus memperhatikan bapak tua itu dan merasa iba serta kagum karena meskipun sudah berusia lanjut masih mempunyai semangat untuk mencari nafkah, walaupun harus berjalan kaki sepanjang hari bahkan sampai larut malam. Bahkan kalau opak yang dijualnya habis pun omsetnya mungkin hanya Rp. 100.000 – 200.000. Belum habis rasa iba saya, saya terkejut melihat sikap ibu muda penjual makanan itu yang membimbing bapak tua yang menawarkan opaknya untuk masuk ke warungnya, mempersilahkan duduk dan memberi makan dan minum, serta mengajak bapak tua itu berbincang-bincang. Dari perbicangan itu, saya mendengar kalau bapak tua itu mengeluh sudah berjualan seharian tetapi ternyata tidak ada yang membeli opaknya.
Setelah selesai makan dan minum bapak tua itu memberikan 2 bungkus opak yang dijualnya kepada ibu muda itu dan berkata : “Mbak terima kasih untuk makan serta minumnya dan karena saya tidak punya uang, mbak bisa menerima 2 bungkus opak ini sebagai ganti makanan dan minuman yang sudah saya makan tadi.” Dengan lembut ibu muda itu berkata : “Bapak tidak usah membayar makanan dan minumannya karena saya memberi dengan ikhlas, nanti 2 buah opak itu saya beli saja”. Setelah itu, ibu muda itu mengeluarkan uang Rp. 20.000,- dan diberikan kepada bapak tua itu, sambil berpesan untuk hati-hati saat pulang kerumah karena sudah larut malam. Dengan wajah gembira dan mengucapkan terima kasih bapak tua itu pergi dan melanjutkan perjalananya.
Pembaca yang hebat, dari kejadian tersebut diatas banyak pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya. Seperti ibu muda tersebut diatas, walaupun kelihatannya judes/galak tetapi dia ternyata mempunyai hati yang penuh belas kasih, tidak hanya kepada sesamanya yang memerlukan pertolongan tetapi kepada hewan pun dia mempunyai perhatian. Dia rela berbagi rejeki dan makanan yang dimiliki walaupun mungkin dia sendiri juga membutuhkan. Mungkin banyak diantara kita yang hidupnya lebih berkecukupan dari ibu muda tersebut, tetapi apakah kita mempunyai hati yang penuh belas kasih? Seringkali kita terjebak oleh masalah-masalah yang kita hadapi sehingga masalah itu menyita perhatian kita dan bahkan membelenggu hidup kita, sehingga kita lupa bahwa banyak orang-orang disekitar kita yang hidupnya menderita dan membutuhkan uluran tangan kita.
Keramaian, media hiburan dan sensasi kehidupan modern yang kita nikmati tanpa sadar dapat mengurangi kepekaan hati kita sehingga tidak dapat lagi dengan cepat merasakan belas kasihan terhadap penderitaan atau masalah orang lain. Namun jika kita membasuh hati setiap hari dengan banyak berdoa dan menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan dan meluangkan waktu untuk selalu rutin berada dalam rumah Tuhan/tempat ibadah, maka hal tersebut akan menjaga kepekaan hati kita. Hari ini, jika hatimuj digerakkan oleh belas kasihan yang dari Tuhan , pekalah dan taatlah. Berkat dari Tuhan akan terjadi bersamaan dengan ketaatanmu ketika digerakkan oleh belas kasihan itu.
Kita juga bisa belajar dari bapak tua penjual opak diatas yang walaupun sudah berusia lanjut tetapi mempunyai semangat dan tanggung jawab yang luar biasa dalam menafkahi keluarganya. Bagaimana dengan kehidupan kita senidiri? Apakah masih mempunyai semangat dan tanggung jawab yang besar dalam memberi nafkah keluarga kita? Mari gunakan kesempatan yang masih Tuhan berikan kepada kita untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga kita. Jangan malas dan gampang menyerah dengan keadaan. Jika kita selalu optimis dan tidak mudah menyerah Tuhan pasti akan memberi jalan keluar yang terbaik dan memberkati hidup kita. Amin…