Pribadi Yang Berdampak Positif
Gambar : Dokumentasi pribadi
Saat ini handphone sudah menjadi kebutuhan yang penting untuk semua orang. Mulai dari anak-anak bahkan sampai orang tua. Dari yang feature-nya sederhana sampai yang sangat canggih . Meski handphone saat ini teknologinya sudah canggih, belum semua orang menggunakan dengan maksimal semua fungsi yang tersedia lengkap di handphone tersebut. Tentu saja ini bukan salah handphone-nya melainkan salah kita yang belum mengoptimalkan fasilitas yang ada di handphone tersebut. Kadangkala kita bisa tertawa dalam hati, melihat seseorang yang memiliki handphone yang mahal dan lengkap dengan fasilitasnya, tetapi handphone yang memiliki fasilitas super lengkap tersebut hanya sekedar digunakan untuk telepon, SMS, atau WA saja. Sekali lagi, kalau handphone tersebut belum berfungsi maksimal tentu masalahnya bukan pada handphone tersebut, tetapi ada pada diri kita sendiri yang belum mengoptimalkan semua feature yang ada didalamnya.
Bukankah hidup kita juga kemungkinan seperti diatas. Allah telah memberikan banyak hal dalam kehidupan kita. Kita mungkin mempunyai harta yang berlimpah, mempunyai kedudukan atau jabatan yang tinggi di perusahaan, mempunyai pendidikan yang tinggi atau mempunyai talenta/bakat dalam bidang seni, olah raga atau keterampilan-keterampilan yang tidak dimiliki banyak orang. Tetapi seringkali apa yang kita miliki itu tidak kita gunakan untuk hal-hal yang membawa kebaikan bagi lingkungan disekitar kita. Kita tidak pernah mengoptimalkan fasilitas-fasilitas dan talenta/bakat yang Allah sudah berikan dalam hidup kita.
Demikian juga Allah telah memberi kehidupan yang sangat berharga, namun seringkali kita kurang menghargai waktu hidup ini justru saat kita masih hidup. Saat kesempatan hidup sudah menipis, barulah kita menyesal karena dulunya tidak memanfaatkan waktu hidup kita dengan maksimal. Kita yang semasa masih muda, hidup asal-asalan dan hidup dalam dosa, akhirnya setelah tua dan sakit-sakitan menyesal kenapa dulu tidak hidup dengan benar. Hidup kita hanya untuk diri sendiri dan tidak membawa dampak positip pada lingkungan disekitar kita. Walaupun sebetulnya kalau kita mau dengan sungguh-sungguh, kita bisa menjadi pribadi yang berdampak positip pada lingkungan disekitar kita. Pribadi yang berdampak adalah pribadi yang membawa pengaruh dan mempengaruhi orang lain sehingga kehidupannya menjadi berubah. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini adalah perubahan dari tidak baik menjadi lebih baik, dari sikap yang negatif menjadi positif. Menjadi pribadi yang berdampak (positif) harus menjadi kerinduan dan harapan semua orang yang beriman, karena ” kehidupan ini bukan tentang setinggi apa yang bisa kita capai, tapi semampu apa kita bisa mengisi hidup ini dengan sesuatu yang berarti dan memiliki nilai “
Ada seorang yang sangat sederhana dan hidupnya pas-pasan tetapi karena ia mau melakukan kebaikan, maka hidupnya membawa dampak yang luar biasa pada lingkungan sekitarnya. Dia adalah Undang Suryaman (42 thn), seorang yang sangat sederhana dan berpendidikan hanya SMP (tidak tamat). Dalam kesehariannya, Undang bekerja sebagai juru parkir di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tempat kerjanya berjarak sekitar 5 kilometer dari rumah Undang. Pekerjaan yang dijalani sejak tahun 1992 itu hanya memberikan penghasilan rata-rata Rp 50.000 per hari.
Undang tinggal di sebuah rumah sederhana di Desa Rancaekek Kulon, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Rumah tersebut sekaligus berfungsi sebagai Taman Kanak-kanak (TK) dan TPA yang diperuntukkan terutama bagi anak-anak dari keluarga tak mampu. Undang menyulap ruang tamu rumahnya yang hanya sekitar 16 meter persegi menjadi kelas sekaligus perpustakaan. Ruang yang diberi alas karpet plastik itu terasa sesak dengan jejeran rak, tumpukan meja lipat, dan mainan. Kalau malam ruang kelas tersebut juga menjadi kamar tidur keluarganya. TK dan TPA tersebut didirikan pada 2012. Undang juga memanfaatkan rumah mertuanya untuk dijadikan kelas. Ada dua ruang tidur di rumah itu, masing-masing berukuran 10 meter persegi, juga dipakai untuk belajar sejak awal Oktober 2016 lalu.
Pada awalnya sejumlah warga tak percaya pada kesungguhan Undang membuka sekolah karena Undang hanya seorang juru parkir. Awalnya, hanya ada 18 anak yang dititipkan orangtuanya belajar di sana. Setahun kemudian, pada 2013, jumlah murid meningkat menjadi 25 orang. Selama dua tahun pertama, Undang masih merogoh koceknya untuk membiayai pengeluaran taman belajarnya. Pada 2014, Undang berhasil meningkatkan status taman belajarnya menjadi TK dan TPA .
Penghasilannya yang pas-pasan ia sisihkan Rp 10.000/hari untuk biaya operasional taman belajar. Namun, uang sebesar itu tak cukup untuk menutup pengeluaran taman belajar. Karena penghasilan sebagai juru parkir tidak mencukupi biaya operasional sekolah, akhirnya Undang mengambil pekerjaan tambahan sebagai pegawai tempat pencucian mobil di Jalan Buah Batu. Pekerjaan sebagai tukang cuci mobil memberi Undang tambahan penghasilan sekitar Rp 50.000 per hari. Di kampus, dia sesekali juga membersihkan mobil mahasiswa agar mendapat upah tambahan. Istri Undang, Yani Novitasari (39 thn), terharu melihat ikhtiar keras suaminya. Ia memutuskan membantu mencari uang dengan bekerja di tempat pencucian mobil yang sama dengan suaminya.
Suatu ketika pada 2013, pemilik pencucian mobil takjub melihat kegigihan Undang dan istrinya mencari uang untuk mendanai taman belajar. Sang bos terketuk hatinya dan akhirnya memberikan bantuan berupa uang sewa rumah untuk aktivitas sekolah selama satu tahun. Ia juga memberikan bantuan buku gambar, pensil, penghapus, dan buku-buku bacaan lainnya. Setelah itu, dukungan dari mahasiswa juga mengalir, antara lain berupa karpet dan alat tulis. Sekarang ini, sebagian besar pengeluaran TK dan TPA ditutup dari donasi para dermawan.
Mereka yang belajar di TPA tak dipungut bayaran. Kotak sumbangan disediakan untuk peserta TPA yang ingin mendonasikan uang. Jika dibuka, kotak itu biasanya hanya terisi uang receh pecahan Rp 500-Rp 1.000. Murid TK dari keluarga mampu dikenai iuran paling banyak, Rp 25.000 per bulan. Mereka yang tidak mampu membayar dibebaskan dari iuran. “Ada juga orangtuanya yang hanya bisa memberikan beras untuk biaya sekolah,” cerita Undang. Seiring waktu, TK dan TPA yang didirikan Undang semakin diminati orang. Saat ini, murid TK berjumlah 60 orang, sedangkan TPA 120 orang. “Sekitar 75 persen murid TK berasal dari keluarga tidak mampu,” katanya.
Dulu, Undang dan istrinya yang mengajar anak-anak membaca, menulis, dan berhitung. Belakangan, istrinya yang pernah mengajar di sebuah TK mengajak beberapa warga untuk ikut mengajar. Saat ini, ada 5 guru TK dan 10 guru TPA yang mendidik murid-murid. Mereka rela mengajar tanpa dibayar. Kadang, jika ada dana, mereka diberi honor Rp 10.000. Namun, uang itu biasanya digunakan untuk membeli bahan makanan. Mereka memasak bahan itu dan makan bersama-sama. Undang kini bahagia bersama istri dan empat orang anaknya (Taufik Ahmad-18 thn, Septiani Damayanti-16 thn, Rezki Septian Nugraha-12 thn dan Salsabilla Adyanafila-9 thn). Impiannya untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga tak mampu sudah terwujud. “Saya tak punya ilmu dan harta. Hanya punya tenaga, dan itu saya gunakan untuk berbagi”, ujar Undang merendah. Sumber – Harian Kompas Oktober 2016 ( kolom sosok )
Pembaca yang hebat..!!, ” Prestasi terbaik seseorang bukan berapa banyak orang yang mengenalnya dan menyanjungnya, tetapi berapa banyak orang yang bahagia karena perbuatannya “ Kita perlu belajar banyak terhadap sosok Undang Suryaman. Didalam kekurangan dan keterbatasannya tidak mengurangi niatnya untuk tetap melakukan kebaikan. Walaupun hidupnya sangat sederhana tetapi hidupnya berdampak bagi masyarakat disekitarnya . Bagaimana dengan Anda….? Apakah harus menunggu menjadi kaya terlebih dahulu untuk melakukan kebaikan…? Atau mungkin saat ini hidup Anda sudah berkecukupan, apakah sudah berdampak bagi lingkungan sekitar Anda..? Atau minimal bagi keluarga/saudara-saudara Anda…?
Ada orang yang berkata, “bagaimana mungkin saya bisa memberi, sementara saya saja masih kekurangan?” Benar, kalau dipikir secara logika orang tersebut tidak bisa di salahkan karena fakta hitung-hitungan memang demikian. Itulah kalau akal yang berbicara. Tetapi bagaimana dengan seorang seperti Undang suryaman…? Apakah dia orang yang berkecukupan..? Kalau orang yang berkecukupan memberi bantuan atau melakukan kebaikan itu biasa! Tapi kalau orang yang hidupnya sendiri berkekurangan masih bisa memberikan bantuan itulah yang luar biasa.
” Nilai hidup seseorang, bukan dinilai dari seberapa banyak kekayaan yang dimiliki, seberapa tinggi pendidikannya atau seberapa luas jejaring sosialnya, tetapi dari seberapa banyak hidupnya berguna dan bermanfaat bagi sesama “ mau melakukan kebaikan tidak harus menunggu hidupnya berkecukupan, demikian juga untuk mau memberi, tetapi jika saat ini Anda digerakkan untuk memberi, berilah dengan tulus. Ingat, Allah sangat memperhatikan orang yang memberi dari kekurangannya dari pada orang yang memberi dari kelebihannya. Allah tidak melihat berapa besar yang kita beri, tetapi Allah melihat seberapa besar hati kita saat memberi. Amin…
Hingga hari ini masih sulit mengajak org utk berbagi di dlm keterbatasan,manusia msh merasa takut kalo jk dia menyisihkan rejeki atau penghasilan yg mrk dpt utk berbagi maka hdp mrk akan kekurangan. Itu semua terjadi krn mrk masih blm bs merasakan kehadiran Tuhan dlm hdp mrk. Sehinga hanya rasa Takut yg mrk rasakan. Bersyukur dg adanya artikel ini semoga bs mengetuk pintu hati setiap pembaca utk terus sadar bahwa dr sekian rejeki yg kita terima, ada bagian yg layak utk kita bagikan pd org yg membutuhkan tangan kita.
Setiap orang memang butuh waktu dan proses dalam kehidupan mereka mbak Titin untuk mau berbagi atau menyisihkan sebagian rejeki mereka, terlebih mereka yang hidupnya penuh dengan keterbatasan , tetapi semakin dekat pengenalan mereka akan kebaikan dan kasih Tuhan YME dalam hidup mereka, maka kepekaan untuk mau berbagi pasti akan timbul. yang paling penting marilah kita mulai dengan diri kita dahulu dan kita tularkan ke orang-orang terdekat disekitar kita.