Sudah Siapkah Kita
Gambar : Dokumentasi pribadi
Sudah siapkah kita…? Itu merupakan pertanyaan untuk kita semua yang artinya …apakah kita sudah siap jika Tuhan berkata…sudah cukup hidupmu di dunia ini. Mungkin kita semua tidak siap jika sewaktu-waktu Tuhan memanggil kita kembali kepada-Nya, tetapi panggilan itu pasti akan tiba waktunya. Pada dasarnya semua ciptaan Tuhan itu akan mengalami kematian. Sadar atau tak sadar, kematian merupakan suatu kepastian yang akan dialami oleh manusia. Kematian tidak mengenal kekayaan, jabatan, kondisi. Bahkan seringkali kematian datang secara tiba-tiba dan meninggalkan kesedihan yang mendalam kepada orang-orang yang ditinggalkan. Kematian datang tanpa diundang, atau tidak dapat disogok dengan kekayaan yang manusia miliki. Sekuat apa pun manusia ia tidak akan pernah dapat menghindar dari kematian, sebab kematian merupakan bagian dari kehidupan.
Kematian juga merupakan satu-satunya jembatan untuk manusia berpindah tempat dari yang fisik ke alam roh yang tidak kelihatan. Sedih ketika ditinggalkan oleh orang yang sangat dikasihi menjadi wajar bagi semua manusia. Hilang harapan karena ditinggalkan suami atau istri yang menjadi kekuatan dalam rumah tangga, putus asa karena ditinggalkan orang yang dicintai, semuanya menjadi wajar bagi manusia. Oleh karena itu, kita sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya diwajibkan untuk selalu bersiap-siap untuk menyongsong hari berpisahnya dengan alam dunia ini. Karena semua manusia di bumi ini tidak ada yang tahu persis kapan dan dimana kita akan mengalami perpisahan dengan alam dunia ini. ‘’ Sudah siapkah kita ” jika suatu saat kematian datang menjemput kita.
Belum lama ini teman baik saya bapak H, tetangga di depan rumah saya dipanggil Tuhan karena serangan jantung. Istri dan anak-anak bapak H sungguh sangat sedih dengan meninggalnya bapak H yang mendadak. Selama ini bapak H tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, karena sebelumnya sudah beberapa kali dilakukan pemeriksaan kesehatan tidak ada sama sekali indikasi sakit jantung. Tiga hari sebelum bapak H meninggal, sore hari sebelumnya saya sempat ngobrol dengannya dan kondisinya tampak sehat dan bugar. Sore hari setelah ngobrol-ngobrol dengan saya ternyata esok paginya bapak H dibawa kerumah sakit karena terkena serangan jantung. Sempat dipasang 4 ring di jantungnya ternyata tidak menolong. Kepergian bapak H yang begitu mendadak sungguh menyisakan duka yang mendalam buat keluarga, kerabat dan sahabat-sahabatnya termasuk saya sendiri.
Saya pribadi 2 kali mengalami pengalaman yang tidak mudah saya lupakan karena orang-orang yang saya cintai dipanggil Tuhan begitu cepat dan membuat hidup betul-betul terasa hampa dan berat. Ibu saya ( 62 thn ) terkena serangan jantung dan hanya beberapa hari masuk rumah sakit kemudian dipanggil Tuhan, bahkan anak saya Yovian Kristianto ( 18 thn ) dipanggil Tuhan begitu cepat dalam usia yang masih sangat muda kerena kecelakaan dan langsung meninggal karena benturan yang sangat keras didadanya sehingga mengalami luka dalam ditubuhnya dan tidak sempat dirawat di rumah sakit. Tentu itu kabar yang sangat menggoncankan jiwa saya yang saat itu masih bertugas di kota Makasar, padahal satu jam sebelumnya saya sempat berkomunikasi dengannya lewat whatsapp. Orang-orang yang sangat saya dicintai dipanggil Tuhan begitu cepat tentu membuat kesedihan yang mendalam bagi saya pribadi maupun keluarga, kerabat dan sahabat-sahabat. Tetapi kami bersyukur bahwa Tuhan memberikan kekuatan, penghiburan dan kemampuan untuk kami sekeluarga melewati semua itu dengan baik.
Pembaca yang hebat…!! Hidup ini hanya sementara, jika hari ini kita masih ada dengan segala yang kita punya besok kita tidak tahu apa yang akan terjadi. ‘’ Sudah siapkah kita ‘’ jika hidup kita harus berakhir…? Jangan sampai karena kesibukan dan keinginan mengejar cita-cita atau tujuan yang diinginkan kita melupakan bahwa ada hal – hal lain juga yang harus kita lakukan yaitu beribadah kepada-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Jangan sampai karena kesibukan dunia ini dengan pernak-perniknya justru melupakan kehidupan yang dekat dengan Sang Pencipta. Dunia diibaratkan lautan , semakin kita meminum airnya, maka akan semakin haus tenggorokan. Jika kebutuhan dunia yang dikejar maka kita tidak akan pernah puas untuk memburunya. Jangan sempai kita terlalu fokus mengejar hal-hal yang duniawi dan meninggalkan hal-hal yang lebih penting yaitu ‘’ mencari jalan surgawi ‘’sehingga pada saat kehidupan harus berakhir , ternyata kita belum siap menerima panggilan-Nya karena terlalu disibukkan mengejar hal-hal yang duniawi. Keseimbangan dalam hidup harus berjalan, baik antara kebutuhan dunia dan jalan menuju surga. Apabila seseorang selalu ingat akan hal itu dan mengisi kehidupan yang sesaat ini dengan tindakan yang baik, benar dan terpuji, maka dapatlah diharapkan tujuan hidup seseorang akan tercapai, yaitu selamat di dunia maupun di alam kekal nanti.
Ada ungkapan dalam bahasa Jawa ‘’ Urip iku mung mampir ngombe ‘’ artinya ‘’hidup itu hanya mampir minum ‘’ sebetulnya mengingatkan kepada kita semua bahwa ‘’ hidup yang hanya sementara ‘’ ini haruslah disibukkan dengan tindakan-tindakan memelihara, mengatur serta mengendalikan hidup kita sesuai dengan kehendak sang pemberi kehidupan yaitu Tuhan YME. Sehingga kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sesaat tersebut diisi dengan tindakan-tindakan terpuji, seperti tolong-menolong, mengasihi sesama, saling toleransi dan hormat menghormati, berbakti kepada orang tua serta nusa dan bangsa. Dengan demikian dengan segala perbuatan baik yang dilakukan selama hidup didunia jika saat kematian tiba, yaitu berpisahnya roh dan tubuh manusia, dapat diharapkan roh manusia tersebut akan kembali kepada Sang Pencipta.
‘’ Sudah siapkah kita “ Jika hidup ini harus berakhir, akan selalu mengingatkan kita untuk hidup sesuai kehendak-Nya dan menjalani hidup dengan sikap ‘’ eling lan waspodo. ‘’ Dengan sikap ‘’ Eling ‘’ semoga kita bisa menjadi manusia yang berbudi luhur dan menjalani hidup ini agar berguna bagi keluarga, lingkungan sekitar dan dan masyarakat . Dengan sikap ‘’ Waspodo ‘’ kita juga dituntut untuk lebih teliti, lebih cermat dalam setiap mengambil keputusaan. Sikap ‘’ Eling lan Waspodo ‘’ itu juga merupakan wujud tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, alam ini dan terutama kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan ini, agar kita bisa menjalani hidup dengan baik dan berguna tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarga tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat sesuai dengan peran kita masing-masing dimana kita tinggal dan berkarya.
Karena kita tidak akan pernah tahu kapan hidup kita akan berakhir dan agar kita selalu siap jika saatnya Tuhan memanggil kita kembali kepada-Nya, kita harus selalu mengingat hal-hal sbb :
1.. Kehidupan di dunia ini bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia.
Artinya masih ada kehidupan setelah kematian. Kematian manusia di dunia adalah awal dari kehidupan baru. Kehidupan baru itu berisi konsekuensi ketika hidup di dunia. Apa yang didapat pada kehidupan baru itu tergantung apa yang dilakukan selama di dunia. Jika di dunia melakukan perbuatan sesuai kehendak Tuhan, maka Surga akan menanti, tetapi jika sebaliknya Neraka yang akan dijalani.
2.. Kehidupan di dunia hanyalah sebentar.
Hidup di dunia ini diibaratkan hanya mampir untuk minum saja lalu kemudian melanjutkan perjalanan. Ibarat perjalanan di padang pasir yang luas, dunia adalah oasenya. Peluang mengambil air dibuka seluas-luasnya. Apakah manusia mau minum saja dan kemudian bersenang senang atau minum lalu kemudian mengumpulkannya untuk bekal nanti, itu sebuah pilihan dan tentunya tiap pilihan mempunyai pertanggung jawaban.
3..Apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai
Apa yang anda lakukan saat ini pasti akan dituai dikemudian hari, bisa anda yang menerima hasilnya bisa juga keluarga anda ( anak, istri atau orang tua ), apakah itu perbuatan baik ataupun perbuatan yang tidak baik . Ada istilah hukum tabur tuai, hukum karma atau hukum sebab akibat. ‘’ Apa Yang kita tabur itulah yang akan kita tuai, karena itu teruslah menabur kebaikan selama ada kesempatan, karena kita akan menerima tuaian pada waktunya. ’’
4..Semua yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan kelak.
Apa yang anda lakukan saat ini, dalam berpikir, berucap dan bertindak pasti akan ada pertanggung jawabkan dihadapan sang Pencipta nanti pada saat hidup harus berakhir didunia untuk menghadap Sang Pencipta, karena itu kita harus bijak dalam menjalani kehdiupan ini.
“ Hidup ini hanya sementara dan setiap waktu dalam kehidupan ini adalah kesempatan dan anugerah Tuhan untuk kita, karena itu jangan sia-siakan waktu yang ada untuk sesuatu yang baik, benar dan berguna ‘’ sehingga pada saat hidup ini harus berakhir kita bisa lebih siap pada saat Tuhan bertanya ‘’ apa yang kamu lakukan selama kamu hidup di dunia…? ‘’ Siap atau tidak siap kematian pasti akan tiba dan hidup kita selama didunia akan menjadi ukuran dan ‘’ Setiap tindakan yang kita lakukan suatu saat pasti akan kembali ke diri kita sendiri, karena itu berpikirlah dan bertindak baik, benar dan bijaksana ‘’ itu adalah sikap hidup yang harus kita lakukan dan itu bisa dilakukan jika dalam hidup kita selalu dekat dengan Tuhan dengan banyak berdoa dan memurnikan hati kita dengan membuang semua ego dan emosi negative yang ada pada diri kita, sehingga kita bisa lebih menggunakan hati nurani kita yang merupakan guru sejati yang terbaik bagi kita. Amin…