Jangan Pernah Abaikan Orang Tuamu

0 Comments


Beberapa waktu yang lalu, saya datang kepemakaman seorang ibu berusia sekitar 65 tahun bernama Ibu Mawar ( nama disamarkan ) di sekitar perumahan saya bertempat tinggal. Dari informasi tetangga saya ternyata sebelum meninggal dunia, selama hampir dua tahun sang ibu hidup dirumah sendirian semenjak suaminya meninggal dunia. Sebetulnya Ibu Mawar mempunyai dua anak perempuan yang semuanya sudah berkeluarga dan tinggal di kota yang sama juga, hanya mereka sudah mempunyai rumah sendiri. Tetapi entah kenapa hubungan Ibu Mawar dengan kedua anaknya tersebut tidak akur, sehingga Ibu Mawar tidak pernah sekalipun ditengok.

Selama dua tahun Ibu Mawar hidup dari tabungan peninggalan suaminya. Karena tidak ada penghasilan lain, akhirnya uang tabungan tersebut habis untuk biaya hidupnya sehari-hari. Untuk melanjutkan hidupnya, akhirnya Ibu Mawar meminjam uang ke teman suaminya dengan jaminan sertifikat rumahnya untuk membiayai hidupnya. Tetapi uang tersebut akhirnya habis juga dan akhirnya Ibu Mawar hidup dari belas kasihan para tetangga. Sebetulnya anak-anaknya sudah diberitahu mengenai keadaan Ibu Mawar, tetapi entah kenapa tidak ada respon sama sekali. Karena sudah tua dan tidak ada yang merawat serta memperhatikannya, akhirnya ibu Mawar jatuh sakit dan atas bantuan dari para tetangga iapun dibawa ke rumah sakit. Karena masuk rumah sakit harus ada biaya yang dikeluarkan akhirnya kedua anak Ibu Mawar dihubungi agar mereka turut memikirkan kondisi yang dihadapi ibunya.

Walaupun sudah dihubungi berkali-kali tetapi kedua anak Ibu Mawar  tetap tidak datang ke rumah sakit, akhirnya ketua RT dan beberapa tetangga dimana Ibu Mawar tinggal, langsung menemui kedua anak Ibu Mawar tersebut dirumahnya masing-masing dan meminta kedua anak Ibu Mawar bertanggung jawab dengan keadaan ibunya. Tidak lama berada di rumah sakit akhirnya Ibu Mawar meninggal dunia dengan membawa kesedihan yang mendalam atas sikap kedua anaknya tersebut. Karena semasa hidup Ibu Mawar masih mempunyai hutang kepada teman suaminya untuk membiayai hidupnya, kedua anak Ibu Mawar sepakat  untuk menjual rumah yang ditempati Ibu Mawar dan rencananya hasil penjualannya rumah tersebut akan digunakan untuk membayar hutang dan sisanya dibagi dua untuk anak-anak Ibu Mawar. Tetapi sudah lebih dari 6 bulan sampai saya menulis kisah ini, rumah tersebut belum juga laku terjual, walaupun sudah ditawarkan dengan harga yang jauh lebih murah dari pada harga dipasaran.

Pembaca yang hebat!! Kalau kita membaca kisah diatas, sungguh sangat menyedihkan sekali masih ada anak yang begitu tega terhadap orang tua yang sudah melahirkan, merawat, membesarkan serta menyekolahkan  sampai akhirnya bisa hidup berkeluarga, tetapi begitu teganya menelantarkan ibu kandungnya sendiri. Orang tua yang begitu besar jasanya dibiarkan hidup menderita sendirian. Terlepas apapun masalah yang terjadi diantara mereka, tidak sepantasnya memperlakukan orang tuanya seperti itu. Mereka tidak menyadari bahwa mereka juga menjadi orang tua dan juga mempunyai anak. Apa mereka tidak takut bahwa apa yang mereka tabur suatu ketika mereka akan menuainya? Bagaimana  kalau mereka sudah tua nanti diperlakukan seperti perlakuan mereka terhadap ibunya?

Ada ungkapan “Surga dibawah telapak kaki ibu”. Ungkapan itu tentu mengandung maksud yang sangat dalam, bahwa sebagi anak kita harus menghormati dan menghargai orang tua kita dan secara khusus ibu yang melahirkan kita. Selama sembilan bulan lebih, Ibu merawat dan menjaga anak yang ada dikandungannya dengan berbagai penderitaan dan kesakitan yang dialaminya, dengan harapan anaknya lahir dengan selamat dan sehat. Agar sang anak mendapat perawatan yang baik, orang tua sibuk mencari nafkah yang akan digunakan untuk membeli susu, pakaian dan segala keperluan kita, tetapi mereka tetap merawat kita ditengah kesibukan mereka. Tentu akan lebih mudah dan tidak merepotkan jika mereka menitipkan kita untuk diasuh serta dibesarkan di panti asuhan atau rumah singgah. Tetapi mereka tidak melakukannya karena mereka mengasihi kita dengan tulus. Pada saat kita rewel dan kadang merepotkan, orang tua kita dengan sabar tetap menjaga dan membimbing kita dengan sepenuh hati. Pada saat kita sakit, orang tua kita seharian menjaga kita dengan hati-hati, dan bahkan kadang tidak tidur karena sangat mengkhawatirkan kita. Setelah kita bertambah besar dan harus masuk sekolah, orang tua kita berusaha dengan sekuat tenaga membanting tulang untuk mencari nafkah dan berusaha agar bisa membiayai pendidikan kita sampai selesai, dengan harapan nantinya anaknya dapat mendapat pendidikan yang terbaik untuk bekal di kemudian hari. Semua pengorbanan itu harus betul-betul kita perhatikan.

Jika kita tahu begitu besar pengorbanan orang tua kita yang merawat, menjaga, dan membesarkan kita dengan penuh cinta, mengapa kita tidak memberikan cinta yang sama besarnya dengan cinta yang sudah kita terima dari mereka selama puluhan tahun? Kebaikan apapun yang kita lakukan untuk orang tua kita, tidak akan pernah bisa membalas apa yang sudah dilakukan oang tua kita yang sudah merawat sejak bayi hingga kita menjadi dewasa dan sampai kita bisa hidup berkeluarga. Sebesar apapun kasih anak terhadap orang tua, tidak akan pernah melebih besarnya kasih orang tua terhadap anaknya.

Walaupun sudah berkeluarga, barangkali ada diantara kita yang hidupnya masih perlu bantuan keuangan dari orang tua, atau yang masih menitipkan anaknya ke orang tua karena belum dapat membayar pembantu untuk merawak anak. Orang tua kita yang seharusnya perlu istirahat dan hidup tenang di hari tua masih direpotkan dan disibukkan oleh urusan–urusan sang anak. Jangankan bisa membahagiakan atau membalas kebaikan orang tua kita, bahkan kadang mungkin diantara kita masih juga membebani orang tua kita dengan berbagai masalah yang kita hadapi. 

Mungkin ada juga mereka yang hidupnya tidak kekurangan dan bahkan berkelimpahan, tetapi terlalu sibuk mengurus bisnis atau kehidupannya sendiri dan membiarkan orang tuanya menjalani hari tuanya dalam kesepian dan kesendirian yang tidak bertepi. Ada pula yang karena tidak mau susah malah memasukkan orang tuanya ke panti jompo, dan jarang sekali pergi membesuknya. Atau ada yang tetap menampung orang tuanya  dalam satu rumah, tetapi memperlakukannya seperti pembantu rumah tangga yang harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawab orang tuanya.

Kasih orang orang tua begitu besar terhadap anaknya. Seharusnya kasih itu menular, lalu mengapa kasih orang tua itu tidak menular kepada kita? Mungkin karena kita terlalu egois dan tidak mau direpotkan. Mulai hari ini, baiklah kita belajar untuk menghormati ibu, bapak atau mertua kita. Ada ungkapan bijak mengatakan “Hormatilah ayahmu dan ibumu seperti, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu”. Jika orang tua kita masih ada didunia ini, berarti kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk membalas kasih yang begitu besar yang diberikan orang tua kepada kita. Belum terlambat untuk membahagiakan orang tua kita. Untuk itu mulai hari ini mari kita lakukan. Jangan sampai kesempatan itu hilang dan kita menyesal dikemudian hari. Lakukanlah itu, karena ada berkat khusus bagi orang yang menghormati dan menghargai orang tuanya! Amin…

Oleh : F. Kristiono

” Begitu besar pengorbanan orang tua yang merawat, menjaga dan membesarkan kita dengan penuh cinta, sudah seharusnya kita berikan cinta yang sama besarnya dengan cinta yang sudah kita terima dari mereka “

( F. Kristiono )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

About

Inspiring Says atau dalam Bahasa Indonesia berarti
“perkataan yang menginspirasi”
adalah suatu web yang berisi cerita bermakna yang memiliki tujuan untuk menginspirasi pembacanya untuk selalu memiliki sikap dan pandangan yang positif dalam menjalani kehidupan.

Selamat membaca.

Regards,
F. Kristiono

Statistik Pengunjung

  • 30,435 Pengunjung