Urip Iku Mung Mampir Ngombe

0 Comments


Gambar : Dokumentasi Pribadi


Urip iku mung mampir ngombe Ungkapan itu saya dengar dari  pimpinan saya pada saat bertemu dengan teman – teman kerja diwilayah Jateng & Jogja berkumpul untuk membahas dan mendiskusikan berbagai hal sambil menikmati  pisang goreng, ubi goreng dan tahu walik serta  menyeruput nikmatnya kopi Vietnam dan teh tubruk di  ‘’ Kopi Gareng – Galeri Pereng  di daerah Jl. Kaliurang, Sleman – Yogyakarta, sambil menikmati udara pegunungan yang segar dan suasana sekitar yang asri dan nyaman.

Bagi orang Jawa ungkapan ‘’ Urip iku mung mampir ngombe ‘’  tentu tidak asing, kalau diartikan adalah ‘’hidup itu hanya mampir minum ‘’ sejatinya adalah bungkus semata. Isi sebenarnya jauh melampaui bahasa yang melankolis tersebut. Sekedar untuk memahami isi dari falsafah Jawa, urip iku mung mampir ngombe ini, kita dituntut untuk mengurai kehidupan manusia secara menyeluruh. Bahkan, ungkapan di atas bisa dikatakan padanan dari ungkapan Jawa yang meng-indonesia, yakni  ‘’Eling lan Waspada ‘’ atau ‘’ Ingat dan Waspada ‘’

Gambar : Dokumentasi Pribadi

Istilah “ urip iku mung mampir ngombe”, sebetulnya mengingatkan kepada kita semua bahwa ‘’ Hidup yang hanya sementara ini haruslah disibukkan dengan tindakan-tindakan memelihara, mengatur serta mengendalikan hidup kita sesuai dengan kehendak sang pemberi kehidupan “ sehingga kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sesaat tersebut diisi dengan tindakan-tindakan terpuji, seperti tolong-menolong, mengasihi sesama, berbakti kepada nusa dan bangsa, saling hormat-menghormati, bermusyawarah untuk mencapai mufakat dan lain-lain. Dengan demikian apabila pada saat kematian, yaitu berpisahnya roh dan tubuh  manusia, dapat diharapkan roh manusia tersebut akan kembali kepada Tuhan YME.

Pembaca yang hebat…!! Manusia terlahir di dunia ini berbekal empat sifat dasar yang mewarnai kehidupannya, yaitu : 1. Nafsu angkara. 2. Nafsu amarah. 3. Nafsu keinginan. 4. Perbuatan suci. Oleh sebab itu manusia harus menguasai ketiga nafsu yang dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang kurang baik, yaitu nafsu angkara , nafsu marah  dan nafsu keinginan yang tidak baik dan mengutamakan perbuatan suci / baik. Apabila manusia dapat menjaga nuraninya dan dapat menjaga keseimbangan dalam hidupnya sehingga dapat memelihara mengatur serta mengendalikan ke-empat hal tersbut diatas maka akan menjadi manusia teladan dalam arti dapat diteladani oleh orang-orang disekitarnya karena tindakan-tindakannya selalu terpuji. ” Hidup ini hanya sementara dan apa yang akan kita tabur itulah yang akan dituai nanti, karena itu makna sebuah kehidupan bukan terletak pada seberapa berharganya dan bernilainya diri kita, namun seberapa banyak dan sebesar apa bermanfaatnya diri kita bagi sesama “

Gambar : Dokumentasi pribadi

Tentu ada satu pertanyaan paling mendasar dari narasi panjang di atas, yakni bagaimana agar seseorang dapat menjaga hati nuraninya selalu berada di atas nafsu? Yaitu dengan menjalani laku seperti berpuasa, beribadah dengan sungguh-sungguh dan lain-lain yang baik, sebagai latihan pengendalian diri sehingga dapat mengendalikan diri apabila timbul rangsangan untuk bertindak yang tidak baik. Sehingga selalu mendapatkan terang dari-Nya yang akan menyebabkannya dapat berpikir secara jernih dan bersih.

” Hidup ini hanya sementara, karena itu pergunakanlah waktu yang ada dengan bijak,  Tuhan tidak melihat seberapa panjang usia kita didunia ini, tetapi bagaimana kita mengisi hidup ini dengan sesuatu hal yang berguna, bermanfaat dan membawa kebaikan dan kebahagian bagi sesama kita “ Agar kita bisa menjalani kehidupan yang bermanfaat bagi sesama falsafah ” urip iku mung mampir ngombe ” akan mengingatkan kita menjalani hidup yang benar. Agar kita selalu mengingat Falsafah  ‘’ urip iku mung mampir ngombe ‘’ ini maka ada tiga hal penting yang harus selalu kita ingat yaitu :

1..Kehidupan di dunia ini bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia. Artinya masih ada kehidupan setelah kematian. dan kematian manusia di dunia adalah awal dari kehidupan baru. Kehidupan baru itu berisi konsekuensi ketika hidup di dunia. Apa yang didapat pada kehidupan baru itu tergantung apa yang dilakukan selama di dunia. Jika di dunia melakukan perbuatan sesuai kehendak Tuhan, maka Surga akan menanti, tetapi jika sebaliknya Neraka yang akan dijalani.

2..Kehidupan di dunia hanyalah sebentar. Diibaratkan hanya mampir untuk minum saja lalu kemudian melanjutkan perjalanan. Ibarat perjalanan di padang pasir yang luas, dunia adalah oasenya. Peluang mengambil air dibuka seluas-luasnya. Apakah manusia mau minum saja dan kemudian bersenang senang atau minum lalu kemudian mengumpulkannya untuk bekal nanti, itu sebuah pilihan dan tentunya tiap pilihan mempunyai pertanggung jawaban.

3..Kehidupan ini harus di isi sesuatu yang baik, benar dan bermanfaat. Kalau kita tahu bahwa hidup ini hanya sementara dan nantinya kita harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah kita lakukan selama kita menjalani kehidupan, maka kita harus menjalani hidup sesuai dengan kehendak sang pemberi kehidupan yaitu Tuhan Yang Maha Kasih, karena itu hidup kita harus berarti dan bermanfaat bagi sesama dengan melakukan tindakan yang baik, benar dan bermanfaat agar kehidupan kita berkenan dihadapan-Nya.

Jika setiap orang  menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, katakanlah yaitu hanya tujuh puluh sampai delapan puluh tahun, setelah itu akan mati dan masuk dalam kehidupan yang sesungguhnya yaitu kehidupan kekal maka untuk dapat mencapai tujuan itu manusia dituntut untuk terus menerus berjuang menegakkan kebenaran. Dalam kehidupan di dunia yang sesaat ini, manusia harus dapat mengisinya dengan tindakan baik.

Gambar : Dokumentasi pribadi

” Hidup ini hanya sementara, jika hari ini kita masih ada dengan segala yang kita punya,  besok kita tidak tahu apa yang akan terjadi, karena itu pergunakanlah waktu yang ada dengan bijak. ” Jangan sampai karena kesibukan dan keinginan mengejar cita-cita atau tujuan yang diinginkan seringkali kita lupa bahwa ada hal – hal lain juga yang harus kita lakukan yaitu beribadah kepada-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Jangan sampai karena kesibukan dunia ini dengan pernak-perniknya justru melupakan kehidupan yang dekat dengan Sang Pencipta.    

Dunia diibaratkan lautan , semakin kita meminum airnya, maka akan semakin haus tenggorokan. Begitulah jika dunia yang dikejar maka kita tidak akan pernah puas untuk memburunya.  Istilah Urip iku mung mampir ngombe hanya untuk mengingatkan kita semua agar selalu ada keseimbangan dalam menjalani kehidupan ini dengan tidak hanya mengejar hal-hal yang duniawi tetapi juga menjalani kehidupan yang berkenan kepada-Nya.  Apabila seseorang selalu ingat akan hal ini dan mengisi kehidupan yang sesaat ini dengan tindakan baik, maka dapatlah diharapkan tujuan hidup seseorang akan tercapai, yaitu selamat di dunia maupun di alam kekal nanti, Amin.

‘’ Hidup yang hanya sementara ini haruslah disibukkan dengan tindakan-tindakan memelihara, mengatur serta mengendalikan hidup kita sesuai dengan kehendak sang pemberi kehidupan “

( F. Kristiono )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

About

Inspiring Says atau dalam Bahasa Indonesia berarti
“perkataan yang menginspirasi”
adalah suatu web yang berisi cerita bermakna yang memiliki tujuan untuk menginspirasi pembacanya untuk selalu memiliki sikap dan pandangan yang positif dalam menjalani kehidupan.

Selamat membaca.

Regards,
F. Kristiono

Statistik Pengunjung

  • 30,491 Pengunjung